
Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Latihan Militer China di Sekitar Taiwan: Tekanan yang Semakin Sering dan Respons Jepang
- Bahasa penulisan: Bahasa Jepang
- •
-
Negara referensi: Semua negara
- •
- Lainnya
Pilih Bahasa
Dalam beberapa tahun terakhir, aktivitas militer China di sekitar Taiwan semakin intensif, meningkatkan kekhawatiran masyarakat internasional. Terutama, latihan militer berskala besar yang melibatkan kapal induk “Liaoning”, secara jelas menunjukkan sikap China yang bertujuan untuk penyatuan paksa Taiwan, sehingga menimbulkan ketegangan bagi negara-negara di sekitarnya, termasuk Jepang.
Latihan Militer China: Aksi Intimidasi dan Peningkatan Kemampuan Tempur
China telah berulang kali melakukan latihan militer berskala terbesar di sekitar Taiwan. Tujuannya tampaknya untuk meningkatkan tekanan terhadap pemerintahan Lai Ching-te di Taiwan, sebagai pencegahan terhadap Amerika Serikat, dan untuk meningkatkan kemampuan tempur.
Peningkatan Tekanan terhadap Taiwan
China, melalui latihan militer, menunjukkan niat untuk penyatuan paksa terhadap pemerintahan Lai Ching-te di Taiwan yang dianggap sebagai “pro-kemerdekaan”, dan memaksa mereka untuk melakukan konsesi politik. Juru bicara Kementerian Pertahanan China dengan tegas menyatakan bahwa “ tindakan militer akan semakin maju setiap kali ‘kelompok pro-kemerdekaan Taiwan’ melakukan provokasi”, menunjukkan sikap untuk terus memberikan tekanan militer.
Pencegahan terhadap Amerika Serikat
Latihan militer China juga memiliki makna sebagai pencegahan terhadap Amerika Serikat yang meningkatkan penjualan senjata ke Taiwan dan keterlibatan dalam keamanan. Terutama, pengerahan kapal induk “Liaoning” di lepas pantai timur Taiwan di sisi Pasifik, dianalisa sebagai upaya untuk menunjukkan kemampuan untuk memblokir jalur dukungan Amerika Serikat ke Taiwan.
Peningkatan Kemampuan Tempur
China meningkatkan kemampuan tempurnya melalui latihan militer, menunjukkan kemampuan penyebaran cepat dengan menggabungkan beberapa pelatihan, seperti koordinasi antara kapal induk dan pesawat pembom, serta penutupan pelabuhan utama. Mereka juga melakukan latihan yang mensimulasikan pertempuran, termasuk memulai operasi di malam hari.
Analisis Para Ahli
Masuda Masayuki, Kepala Pusat Studi China di Lembaga Penelitian Pertahanan Kementerian Pertahanan Jepang, menganalisis latihan militer China sebagai berikut: “Tujuannya adalah untuk meningkatkan tekanan pada pemerintahan Lai di Taiwan dengan menunjukkan kemampuan penyebaran cepat melalui beberapa pelatihan, seperti koordinasi antara kapal induk dan pesawat pembom, serta penutupan pelabuhan utama. Ada kemungkinan latihan serupa akan berlanjut dan menjadi hal yang biasa setelah tahun depan.”
Tanggapan Jepang: Pemantauan dan Pengumpulan Informasi
Pemerintah Jepang memperhatikan latihan militer China dengan sangat serius dan melakukan pemantauan dan pengumpulan informasi secara menyeluruh.
Penyampaian Kekhawatiran
Pemerintah telah menyampaikan kekhawatirannya mengenai latihan militer tersebut kepada pihak China. Wakil Sekretaris Kabinet Aoki menyatakan, “Pemerintah memperhatikan perkembangan terkait dengan sangat serius dan telah menyampaikan kekhawatiran Jepang kepada pihak China.”
Tanggapan Pasukan Bela Diri Jepang
Kapal perusak dari Pasukan Bela Diri Maritim Jepang melakukan pengawasan dan pengumpulan informasi, sementara pesawat tempur dari Pasukan Bela Diri Udara Jepang melakukan pengerahan darurat (scramble). Wakil Sekretaris Kabinet Aoki menekankan, “kita akan terus memantau perkembangan, dan melakukan pengumpulan informasi dan pengawasan secara menyeluruh.”
Tantangan di Masa Depan
Latihan militer China tidak hanya mengancam perdamaian dan stabilitas Selat Taiwan, tetapi juga berpotensi mempengaruhi keamanan Jepang. Jepang perlu terus melakukan pengumpulan dan analisis informasi, serta memantau perkembangan China. Penting juga untuk menjaga perdamaian dan stabilitas regional melalui berbagai upaya diplomatik, seperti memperkuat aliansi Jepang-AS dan memperkuat hubungan dengan Taiwan.
Pandangan Baru: Strategi Jangka Panjang China
Latihan militer China mungkin bukan hanya aksi intimidasi, tetapi tindakan yang didasarkan pada strategi jangka panjang. China mungkin bertujuan untuk menyatukan Taiwan tanpa menggunakan kekuatan militer dengan menormalkan tekanan terhadap Taiwan melalui latihan militer dan memberikan dampak psikologis.
Situasi “Grey Zone”
China meningkatkan aktivitas yang disebut sebagai situasi “grey zone”, yaitu aktivitas yang tidak mencapai tingkat konflik bersenjata, seperti latihan militer dan aktivitas penjaga pantai. Ini adalah strategi untuk memanfaatkan celah hukum internasional, sehingga dapat mendorong klaim negaranya dengan meminimalkan kecaman internasional.
Tanggapan Jepang
Jepang perlu mengambil sikap tegas terhadap situasi “grey zone” yang dilakukan China. Penting untuk melindungi wilayah, perairan teritorial, dan wilayah udara Jepang dengan berbagai cara, termasuk memperkuat sistem keamanan oleh Badan Keamanan Maritim Jepang dan memperkuat kerja sama dengan Pasukan Bela Diri Jepang.
Kerja Sama dengan Masyarakat Internasional
Situasi “grey zone” yang dilakukan China bukan hanya masalah Jepang. Penting untuk bekerja sama dengan masyarakat internasional untuk memperdalam pemahaman bersama tentang tindakan China dan untuk menjaga ketertiban internasional berdasarkan aturan.
Kesimpulan
Aktivitas militer China di sekitar Taiwan merupakan masalah serius yang mengguncang perdamaian dan stabilitas regional. Jepang perlu memantau perkembangan China dan bersiap menghadapi berbagai kemungkinan. Pada saat yang sama, penting juga untuk terus melakukan upaya diplomasi, melanjutkan dialog dengan China, dan bertujuan untuk meredakan ketegangan.