Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Kekalahan Partai Konservatif dalam Pemilihan Umum Lokal Inggris dan Tuntutan Partai Oposisi, Tanda-Tanda Perpecahan Internal
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
- Negara referensi: Jepang
- •
- Lainnya
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Partai Konservatif mengalami kekalahan telak dalam pemilihan umum lokal di Inggris baru-baru ini, menimbulkan tuntutan pemilihan umum dini dari Partai Buruh dan kritik keras dari internal Partai Konservatif.
- Analisis menunjukkan bahwa kekalahan Partai Konservatif dalam pemilihan umum ini disebabkan oleh akumulasi ketidakpuasan publik terhadap kekacauan Brexit, kegagalan dalam penanganan COVID-19, kebijakan pemotongan pajak, dan lainnya.
- Hasil pemilihan umum ini meningkatkan kemungkinan pergantian kekuasaan dalam pemilihan umum nasional yang akan datang pada Januari, dan diprediksi akan terjadi perubahan lanskap politik di Inggris.
Dalam pemilihan daerah yang baru-baru ini diadakan di Inggris, partai yang berkuasa, Partai Konservatif, mengalami kekalahan telak. Partai Buruh, partai oposisi, menuntut diadakannya pemilihan umum dini, dan suara kritis terhadap kepemimpinan partai Konservatif semakin meningkat di dalam partai, sehingga situasi politik sedang bergejolak.
Pada tanggal 2, pemilihan untuk 107 dewan daerah diselenggarakan, dan Partai Konservatif mencatatkan hasil yang menyedihkan, kehilangan 474 kursi dari jumlah kursi mereka sebelumnya. Menurut laporan BBC, Partai Konservatif memperoleh 515 kursi, sementara Partai Buruh memperoleh 1.158 kursi, meningkat 186 kursi.
Kekalahan telak yang dialami Partai Konservatif, yang telah berkuasa selama bertahun-tahun sejak 2010, dianalisis sebagai akibat dari akumulasi ketidakpuasan publik akibat kekacauan Brexit, kegagalan dalam penanganan COVID-19, dan kebijakan pemotongan pajak yang ekstrem. Faktanya, dalam survei opini publik yang dilakukan oleh lembaga survei YouGov pada 30 April hingga 1 Mei, 44% responden menyatakan akan memilih Partai Buruh, sedangkan hanya 18% yang menyatakan akan memilih Partai Konservatif. Ini menunjukkan bahwa kemungkinan pergantian pemerintahan semakin tinggi.
Suasana di dalam Partai Konservatif saat ini sedang diliputi oleh ketidakmampuan untuk menerima hasil pemilihan daerah ini. Mantan Menteri Dalam Negeri Partai Konservatif, Priti Patel, menulis esai untuk media, mendesak pemerintah untuk melancarkan serangan balik dengan kebijakan imigrasi yang tegas dan pemotongan pajak besar-besaran. Ini ditafsirkan sebagai pertanyaan terhadap kepemimpinan Perdana Menteri Sunak.
Di sisi lain, pemimpin Partai Buruh, Sir Keir Starmer, menanggapi hasil pemilihan daerah ini dengan menyatakan bahwa "pemilih menuntut perubahan yang dipimpin oleh Partai Buruh," dan mendesak Perdana Menteri Sunak untuk mengadakan pemilihan umum secepat mungkin. Pemilihan umum dijadwalkan akan diadakan paling lambat Januari tahun depan, dan Partai Buruh menginginkan hasil pemilihan daerah ini menjadi momentum untuk meningkatkan harapan mereka dalam merebut kekuasaan.
Di dalam Partai Konservatif, muncul kritik bahwa tidak hanya kepemimpinan yang perlu dipertanyakan, tetapi juga perlu dilakukan evaluasi terhadap kebijakan partai. Kritik dilontarkan karena Partai Konservatif dinilai gagal dalam menyediakan solusi yang tepat untuk masalah kenaikan harga rumah dan biaya hidup, serta krisis di NHS.
Beberapa kalangan politik berpendapat bahwa Partai Konservatif sedang kehilangan basis dukungan mereka yang menjadi pondasi kemenangan mereka dalam pemilihan umum tahun 2019. Buktinya adalah Partai Buruh berhasil meningkatkan dukungan mereka di wilayah utara.
Seperti yang terlihat, dunia politik Inggris sedang dilanda kekacauan besar akibat dampak dari kekalahan telak dalam pemilihan daerah. Partai yang berkuasa menghadapi tugas berat untuk mengatasi tekanan pemilihan umum dini dan perpecahan internal, sementara partai oposisi melihat ini sebagai kesempatan untuk mencoba merebut kekuasaan. Kita perlu mengamati perkembangan politik di Inggris ke depan.