Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Konflik Israel-Palestina: Sejarah dan Krisis Pengungsi di Jalur Gaza
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
- Negara referensi: Jepang
- •
- Lainnya
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama dua milenium, dan baru-baru ini meletus menjadi pertempuran besar di Jalur Gaza pada bulan Oktober 2023.
- Saat ini, terdapat 5,9 juta pengungsi Palestina, dan Jalur Gaza memiliki kepadatan penduduk yang tinggi, menyebabkan pengungsi hidup dalam kondisi yang buruk.
- Tentara Israel telah memerintahkan warga di daerah Gaza untuk mengungsi sementara, menandakan kemungkinan operasi darat yang mungkin merupakan upaya untuk menekan Hamas. Jika konflik berujung pada perang darat, maka akan ada kekhawatiran akan jatuhnya korban jiwa di wilayah Rafah.
Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama lebih dari dua ribu tahun. Setelah kerajaan Yahudi dihancurkan oleh Kekaisaran Romawi, orang-orang Yahudi diusir dari tanah air mereka dan hidup terpencar-pencar. Pada abad ke-19, gerakan Zionisme muncul, yang bertujuan untuk kembali ke tanah air mereka. Orang-orang Yahudi bernegosiasi dengan Inggris, yang saat itu menguasai wilayah Palestina, dan pada tahun 1947, resolusi PBB untuk membagi Palestina disahkan, yang memungkinkan Israel untuk didirikan pada tahun 1948.
Namun, dalam proses ini, banyak warga Palestina terpaksa meninggalkan rumah mereka, yang menyebabkan pecahnya Perang Arab-Israel pertama. Konflik antara Israel dan Palestina berlanjut, dan pada tahun 2006, Hamas, sebuah kelompok militan Islam, memenangkan pemilihan parlemen Palestina, memperburuk situasi. Hamas menguasai Jalur Gaza dan menyerang Israel, yang menyebabkan Israel meningkatkan serangan terhadap Jalur Gaza.
Pada Oktober 2023, terjadi pertempuran besar antara Israel dan Hamas, yang menyebabkan banyak warga kehilangan tempat tinggal di Jalur Gaza. Menurut badan pengungsi Palestina PBB (UNRWA), saat ini terdapat 5,9 juta pengungsi Palestina, lebih dari 2 juta di antaranya berada di Jalur Gaza. Gaza, yang memiliki luas 360 kilometer persegi, memiliki kepadatan penduduk sebesar 5.555 orang per kilometer persegi, menjadikan Gaza wilayah yang padat penduduk. Pengungsi menghadapi kondisi yang buruk, seperti kekurangan listrik, air, dan layanan medis.
PBB, LSM internasional, dan pemerintah berbagai negara telah memberikan bantuan kemanusiaan, tetapi diperlukan upaya dari kedua belah pihak, Israel dan Palestina, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan. Baru-baru ini, tentara Israel memerintahkan warga di daerah Rafah, di ujung selatan Jalur Gaza, untuk mengungsi sementara, yang mengindikasikan kemungkinan operasi darat di masa mendatang. Hal ini tampaknya menjadi upaya untuk menekan Hamas.
Pertempuran di Gaza yang telah berlangsung selama delapan bulan dan kebuntuan antara Israel dan Hamas semakin mengancam keselamatan warga di daerah Rafah. Tentara Israel telah menunjuk daerah pantai Mawasi dan sebagian wilayah Khan Yunis sebagai tempat evakuasi bagi penduduk Rafah, tetapi tampaknya tidak akan cukup untuk menampung pergerakan besar-besaran. Jika situasi ini berujung pada perang darat, dikhawatirkan akan terjadi korban jiwa di kalangan penduduk Rafah.