Try using it in your preferred language.

English

  • English
  • 汉语
  • Español
  • Bahasa Indonesia
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar
translation

Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.

durumis AI News Japan

Konflik Israel-Palestina: Latar Belakang dan Krisis Pengungsi di Jalur Gaza

  • Bahasa penulisan: Bahasa Korea
  • Negara referensi: Jepang country-flag

Pilih Bahasa

  • Bahasa Indonesia
  • English
  • 汉语
  • Español
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar

Konflik antara Israel dan Palestina telah berlangsung selama lebih dari 2.000 tahun. Setelah kehancuran kerajaan Yahudi oleh Kekaisaran Romawi pada masa itu, orang-orang Yahudi diusir dari tanah air mereka dan terpaksa hidup terpencar-pencar. Pada abad ke-19, gerakan Zionisme muncul dengan harapan untuk kembali ke tanah air, dan orang-orang Yahudi menegosiasikan dengan Inggris, yang saat itu menguasai wilayah Palestina. Melalui negosiasi tersebut, resolusi PBB tentang pembagian Palestina pada tahun 1947 disetujui, dan pada akhirnya Israel dapat didirikan pada tahun 1948.

Namun, dalam proses tersebut, banyak penduduk Palestina yang terpaksa meninggalkan rumah mereka, yang menyebabkan pecahnya Perang Timur Tengah Pertama. Setelah itu, bentrokan antara Israel dan Palestina terus berlanjut. Pada tahun 2006, situasi semakin memburuk ketika Hamas, sebuah kelompok ekstremis Islam, memenangkan pemilihan parlemen Palestina. Hamas menguasai Jalur Gaza dan melancarkan serangan terhadap Israel, yang kemudian meningkatkan serangannya terhadap Jalur Gaza.

Pada Oktober 2023, pertempuran besar antara Israel dan Hamas kembali terjadi, dan banyak warga kehilangan tempat tinggal mereka di Jalur Gaza. Menurut Badan Bantuan dan Pekerjaan PBB untuk Pengungsi Palestina di Timur Dekat (UNRWA), saat ini terdapat sekitar 5,9 juta pengungsi Palestina, di mana lebih dari 2 juta di antaranya berada di Jalur Gaza. Gaza, dengan luas 360 kilometer persegi, memiliki kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yaitu 5.555 jiwa per kilometer persegi. Para pengungsi menghadapi kondisi yang sangat buruk, termasuk kekurangan listrik, air bersih, dan layanan kesehatan.

Menanggapi hal ini, PBB, LSM internasional, dan berbagai pemerintah memberikan bantuan kemanusiaan. Namun, untuk mencapai perdamaian yang berkelanjutan, diperlukan upaya dari kedua belah pihak, yaitu Israel dan Palestina. Baru-baru ini, militer Israel memerintahkan warga di wilayah Rafah, ujung selatan Jalur Gaza, untuk mengungsi sementara, yang mengindikasikan kemungkinan operasi darat di masa mendatang. Hal ini dianggap sebagai upaya untuk menekan Hamas.

Kondisi pertempuran di Gaza yang telah berlangsung selama 8 bulan dan kebuntuan antara Israel dan Hamas semakin mengancam keselamatan warga di wilayah Rafah. Militer Israel telah menetapkan wilayah Mawasi di sepanjang pantai Mediterania dan sebagian wilayah Khan Yunis sebagai tempat pengungsian bagi warga Rafah, tetapi kemungkinan besar hal itu tidak akan cukup untuk menampung jumlah pengungsi dalam skala besar. Jika situasi ini berujung pada perang darat, dikhawatirkan akan terjadi banyak korban jiwa di kalangan warga Rafah.

durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan