Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Aliansi erat antara Tiongkok dan Rusia - membentuk lanskap kekuatan baru dalam tatanan dunia yang berubah
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
- Negara referensi: Jepang
- •
- Lainnya
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Pada tanggal 14 Mei, Presiden Tiongkok Xi Jinping dan Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin bertemu untuk menekankan pengembangan hubungan kerja sama strategis antara kedua negara. Mereka secara khusus menyatakan bahwa mereka akan terus memperluas kerja sama erat, menggunakan peringatan 75 tahun hubungan diplomatik tahun depan sebagai titik awal baru.
- Kedua negara telah memperkuat kerja sama ekonomi mereka, termasuk mencapai target perdagangan US$200 miliar secara dini dan mempromosikan lebih dari 80 proyek bersama. Secara khusus, mereka sedang mencoba membangun sistem keuangan yang independen dengan memperluas pembayaran dalam yuan dan rubel, melepaskan diri dari tatanan keuangan internasional yang berpusat pada dolar.
- Kerja sama Tiongkok-Rusia untuk mengekang Amerika Serikat dapat diartikan sebagai upaya untuk mengubah tatanan dunia yang ada. Namun, dengan berlanjutnya perang di Ukraina dan sanksi Barat terhadap Rusia, hubungan kerja sama di masa depan diperkirakan tidak akan mudah.
Pada tanggal 14 Mei, Perdana Menteri Rusia Mikhail Mishustin mengunjungi Beijing, Tiongkok, dan mengadakan pertemuan dengan Presiden Xi Jinping. Pertemuan ini menandai tahun depan sebagai peringatan 75 tahun hubungan diplomatik antara Tiongkok dan Rusia, menunjukkan keinginan kedua negara untuk lebih mengembangkan hubungan kerja sama strategis mereka.
Dalam pertemuan tersebut, Presiden Xi menekankan peningkatan perdagangan, dengan menyatakan bahwa "bersama dengan Presiden Putin, kita telah mencapai tujuan perdagangan tahunan sebesar US$200 miliar bulan lalu." Ini menunjukkan bahwa perdagangan antara kedua negara telah mencapai target yang ditetapkan lebih cepat dari yang diperkirakan, yaitu satu tahun lebih awal. Mengenai hal ini, Presiden Xi menyatakan bahwa "kita harus terus memperluas sinergi yang dibawa oleh kerja sama politik yang erat antara kedua negara, dengan menjadikan tahun depan sebagai titik awal baru untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik."
Sementara itu, Perdana Menteri Mishustin menjelaskan bahwa skala proyek bersama antara kedua negara, yang mencapai lebih dari 80 proyek, bernilai sekitar 32 triliun yen. Ia menekankan bahwa lebih dari 90% dari proyek tersebut dibayar dengan mata uang yuan dan rubel, bukan dolar AS. Melalui langkah ini, terlihat keinginan Tiongkok dan Rusia untuk membangun sistem keuangan mereka sendiri, terlepas dari tatanan keuangan internasional yang berpusat pada dolar.
Sejak invasi Rusia ke Ukraina, Tiongkok dan Rusia telah bekerja sama erat secara politik dan ekonomi dalam menanggapi Amerika Serikat. Hal ini diartikan sebagai upaya untuk mengubah tatanan internasional yang ada dan membentuk tatanan kekuatan internasional baru yang dipimpin Tiongkok.
Meskipun tidak memiliki hubungan aliansi tradisional, kedua negara berbagi kepentingan bersama dalam mengejar status kekuatan besar. Namun, diperkirakan hubungan kerja sama di masa depan tidak akan mudah, mengingat perang di Ukraina yang berlarut-larut dan risiko ekonomi akibat sanksi Barat terhadap Rusia.