Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.
Perubahan Qatar, dan Perjalanan Menuju Perubahan yang Lebih Besar
- Bahasa penulisan: Bahasa Korea
- •
- Negara referensi: Jepang
- •
- Perjalanan
Pilih Bahasa
Teks yang dirangkum oleh AI durumis
- Doha, ibu kota Qatar yang pernah disebut sebagai 'kota paling membosankan di dunia', telah mengalami perubahan drastis menjelang Piala Dunia FIFA 2022, dengan pembangunan infrastruktur dan penyediaan berbagai pengalaman budaya untuk menarik wisatawan.
- Meskipun menghadapi sanksi ekonomi akibat krisis diplomatik dengan negara-negara tetangga, Qatar terus melangkah menuju kemandirian, dengan fokus pada otonomi di sektor-sektor utama seperti energi, pangan, dan logistik.
- Doha mempromosikan pasar tua sebagai objek wisata, memperkuat citra negara melalui penyelenggaraan acara olahraga internasional, dan menawarkan berbagai masakan Arab, olahraga yang kaya, serta kehidupan budaya, menjadikannya masyarakat yang lebih terbuka.
Dahulu dikenal sebagai "kota paling membosankan di dunia", Doha, ibu kota Qatar, kini berada di pusat perubahan. Menjelang Piala Dunia FIFA 2022, seluruh kota berubah menjadi lokasi konstruksi besar-besaran, dan meskipun menghadapi sanksi ekonomi akibat konflik dengan negara-negara tetangga, pemerintah Qatar dan rakyatnya terus melangkah maju menuju kemandirian.
Qatar, negara kecil di Timur Tengah, terletak di Semenanjung Arab di sepanjang pantai Teluk Persia, dengan luas 11.427 km², sedikit lebih kecil dari Provinsi Jeolla Selatan, tetapi merupakan pengekspor gas alam cair terbesar di dunia dan merupakan negara kaya dengan pendapatan per kapita yang tinggi. Namun, dengan sedikit sumber daya wisata dan sebagian besar penduduknya adalah pekerja asing, kota ini tidak dapat melepaskan diri dari julukan "kota membosankan".
Namun, baru-baru ini, Doha telah mengalami perubahan cepat. Menjelang Piala Dunia FIFA 2022, pembangunan infrastruktur sedang berlangsung, termasuk stadion, kereta bawah tanah, hotel, tempat tinggal, dan jalan raya. Ini adalah bagian dari upaya untuk menarik lebih banyak turis dan menawarkan pengalaman budaya yang beragam.
Selain itu, pemutusan hubungan diplomatik antara Qatar dan negara-negara tetangganya sejak 2017 juga berdampak besar pada perubahan ini. Pemutusan hubungan diplomatik dengan Arab Saudi, Uni Emirat Arab, dan negara-negara lainnya telah menyebabkan kesulitan ekonomi dan blokade logistik, tetapi ini telah mendorong pencarian kemandirian di industri utama seperti energi, makanan, dan logistik.
Doha, yang dulunya tertutup, kini bergerak menuju keterbukaan. Mereka secara aktif mempromosikan lokasi wisata seperti pasar tradisional, Souq Waqif, dan berusaha meningkatkan branding negara dengan menyelenggarakan acara olahraga internasional seperti Piala Dunia. Di sisi lain, Anda dapat menikmati beragam masakan Arab sesuai selera, dan olahraga dan kegiatan budaya yang dapat dinikmati sehari-hari semakin meningkat.
Tentu saja, pengaruh budaya Islam yang konservatif masih kuat, dan keterbatasan lingkungan alam seperti iklim membuat menikmati Doha menjadi tidak mudah. Namun, pemerintah Qatar dan rakyatnya berupaya mengubah persepsi negara dan menerima keragaman.
Angin perubahan berhembus perlahan, tetapi arahnya menuju masyarakat yang terbuka. Perubahan di Qatar dapat membawa seluruh Timur Tengah ke jalur baru. Doha berada di jantung perjalanan ini.