Try using it in your preferred language.

English

  • English
  • 汉语
  • Español
  • Bahasa Indonesia
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar
translation

Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.

durumis AI News Japan

Pilpres Amerika 2024: Skala Kampanye vs. Prediksi Kemenangan Realistis - Harris Tampak Unggul, tetapi Jangan Lengah?

  • Bahasa penulisan: Bahasa Jepang
  • Negara referensi: Jepang country-flag

Pilih Bahasa

  • Bahasa Indonesia
  • English
  • 汉语
  • Español
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar

Pemilihan presiden Amerika Serikat tinggal seminggu lagi hingga hari pemungutan suara pada 5 November, dan pertarungan antara kandidat dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, dan kandidat dari Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, menjadi persaingan yang sangat ketat. Saat ini, sulit untuk memprediksi siapa yang akan menang, tetapi dilihat dari jumlah peserta kampanye, Harris mungkin lebih unggul.

Pilpres Amerika 2024: Skala Kampanye vs. Prediksi Kemenangan Realistis - Harris Tampak Unggul, tetapi Jangan Lengah?

Kampanye Harris Mempromosikan Diri Melalui Skala Pertemuan

Menjelang akhir pemilihan, kampanye Harris mengambil strategi dengan menekankan banyaknya peserta pertemuan. Ini dapat dilihat sebagai sindiran terhadap Trump yang pada tahun 2017 membesar-besarkan jumlah peserta pelantikan presidennya. Harris sering memposting foto dan video yang membandingkan skala pertemuannya dengan pertemuan Trump di media sosial, untuk menunjukkan kekuatan mobilisasinya.

Misalnya, pertemuan yang diadakan Harris di bandara Detroit pada bulan Agustus dipenuhi sesak, dengan banyak pendukung yang hadir. Namun, Trump membantah ini, dengan mengklaim bahwa itu adalah "palsu" yang jumlah pesertanya digelembungkan menggunakan AI. Bantahan Trump ini justru tampaknya membuktikan bahwa skala pertemuan Harris memang besar.

Selain itu, banyak tokoh terkenal yang datang untuk mendukung pertemuan Harris, seperti mantan Ibu Negara Michelle Obama, yang meningkatkan daya tarik. Efek "selebriti" ini juga dianggap berkontribusi pada peningkatan skala pertemuan.

Apakah Petahana Lebih Diuntungkan? Melihat Arah Pemilihan Presiden dari Data Masa Lalu

Namun, kemenangan dalam pemilihan presiden tidak hanya ditentukan oleh skala pertemuan. Melihat data masa lalu, presiden petahana cenderung diuntungkan dalam pemilihan kembali. Setelah Perang Dunia Kedua, dari 11 presiden petahana yang mencalonkan diri kembali, 7 di antaranya menang (tingkat kemenangan 63,6%).

Alasan mengapa presiden petahana diuntungkan antara lain:

* Popularitas yang luar biasa: Selama masa pemilihan, mereka sering muncul di media sebagai presiden, sehingga tingkat pengenalan publik tinggi.

* Kekuatan sentripetal dalam partai: Seringkali tidak ada lawan yang kuat dalam pemilihan pendahuluan, sehingga mudah untuk menyatukan partai.

* Bias mempertahankan status quo: Pemilih yang tidak memiliki keluhan yang kuat cenderung memilih kandidat yang sama seperti sebelumnya.

Terutama, tingkat dukungan presiden petahana menjadi indikator penting. Jika tingkat dukungan turun hingga 30% pada tahun pemilihan, maka pemilihan kembali akan sulit. Contohnya, Presiden Carter (Partai Demokrat) pada tahun 1980 dan Presiden Bush (ayah) (Partai Republik) pada tahun 1992 gagal terpilih kembali karena tingkat dukungan yang rendah.

Selain itu, kondisi ekonomi juga merupakan faktor penting. Jika ekonomi memburuk dan ketidakpuasan ekonomi publik meningkat, maka presiden petahana akan dirugikan. Misalnya, dalam pemilihan presiden tahun 2020, tingkat pengangguran meningkat tajam akibat dampak virus corona, yang menghambat pemilihan kembali Trump.

Pertarungan Ulang Biden vs. Trump - Mempelajari dari Pertarungan Ulang Masa Lalu

Pemilihan presiden tahun 2024 kemungkinan besar akan menjadi pertarungan ulang antara Presiden Biden dan Trump. Dalam pemilihan presiden sebelumnya, ada 6 kali pertarungan ulang antara kandidat yang sama, tetapi belum terjadi dalam setengah abad terakhir. Pertarungan ulang terakhir adalah antara Presiden Eisenhower (Partai Republik) dan Stevenson (Partai Demokrat) pada tahun 1956, di mana Eisenhower yang menjabat menang.

Melihat contoh pertarungan ulang di masa lalu, presiden petahana cenderung diuntungkan. Namun, dalam pemilihan presiden tahun 2024, ada beberapa situasi yang sulit bagi petahana, seperti tingkat dukungan Biden yang rendah dan kondisi ekonomi yang tidak stabil.

Harris Unggul? Jangan Lengah

Saat ini, dilihat dari skala pertemuan dan laporan media, Harris tampak unggul. Namun, dengan mempertimbangkan data masa lalu dan kecenderungan petahana yang diuntungkan, Trump masih memiliki peluang untuk membalikkan keadaan.

Arah pemilihan presiden akan sangat bergantung pada kondisi ekonomi di masa mendatang, strategi pemilihan kedua kandidat, dan pergerakan pemilih. Kita harus terus mengawasi siapa yang akan menang hingga akhir.

durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan