Try using it in your preferred language.

English

  • English
  • 汉语
  • Español
  • Bahasa Indonesia
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar
translation

Ini adalah postingan yang diterjemahkan oleh AI.

durumis AI News Japan

Klaim "Pemerintahan Perbatasan" Tiongkok: Perdebatan Baru Mengenai Persepsi Sejarah Goguryeo dan Balhae

  • Bahasa penulisan: Bahasa Tionghoa
  • Negara referensi: Semua negara country-flag

Pilih Bahasa

  • Bahasa Indonesia
  • English
  • 汉语
  • Español
  • Português
  • Русский
  • 日本語
  • 한국어
  • Deutsch
  • Français
  • Italiano
  • Türkçe
  • Tiếng Việt
  • ไทย
  • Polski
  • Nederlands
  • हिन्दी
  • Magyar

Baru-baru ini, muncul gelombang kontroversi terkait uraian mengenai Goguryeo dan Balhae sebagai "pemerintahan perbatasan" Tiongkok dalam buku teks dan kuliah daring yang diterbitkan pemerintah Tiongkok. Ini merupakan persepsi sejarah yang didasarkan pada ideologi "Komunitas Bangsa Tionghoa" yang mengintegrasikan semua etnis, termasuk etnis minoritas, ke dalam satu bangsa Tionghoa. Hal ini dapat dianggap sebagai langkah baru dari pihak Tiongkok yang disebut sebagai "versi lengkap dari Proyek Timur Laut".

Klaim

Dari "Proyek Timur Laut" ke "Komunitas Bangsa Tionghoa": Perkembangan Persepsi Sejarah Tiongkok

Sejak awal tahun 2000-an, Tiongkok telah menjalankan proyek penelitian sejarah yang disebut "Proyek Timur Laut", yang berupaya untuk menyatakan bahwa sejarah Goguryeo merupakan bagian dari sejarah Tiongkok. Awalnya, Goguryeo didefinisikan sebagai "pemerintahan daerah etnis minoritas", tetapi dalam buku teks terbaru, bahkan penyebutan "etnis minoritas" dihilangkan dan diganti dengan "pemerintahan perbatasan". Hal inilah yang menjadi sorotan.

Perubahan ini bukan sekadar revisi persepsi sejarah, tetapi terkait erat dengan strategi negara Tiongkok. Belakangan ini, masalah etnis di Tibet dan Xinjiang semakin memburuk, sehingga ideologi "Komunitas Bangsa Tionghoa" diperkuat untuk menjaga persatuan dan stabilitas negara. Dengan menekankan pandangan sejarah bahwa Tiongkok telah menjadi negara kesatuan sejak zaman kuno dan semua etnis yang beragam termasuk dalam kerangka besar bangsa Tionghoa, Tiongkok bertujuan untuk menekan konflik antar etnis dan meningkatkan daya tarik negara.

Kemerdekaan Sejarah Goguryeo dan Balhae: Bantahan dari Pihak Korea Selatan

Di Korea Selatan, klaim Tiongkok tentang "pemerintahan perbatasan" mendapat kecaman keras karena dianggap sebagai distorsi yang tidak didasarkan pada fakta sejarah. Goguryeo didirikan pada tahun 37 SM dan merupakan negara kuat yang menguasai wilayah luas yang membentang di bagian utara Semenanjung Korea dan timur laut Tiongkok selama lebih dari 700 tahun. Balhae juga merupakan negara yang didirikan oleh sisa-sisa rakyat Goguryeo dan memiliki budaya dan sistemnya sendiri.

Para sejarawan Korea Selatan berupaya membuktikan, berdasarkan catatan sejarah Tiongkok dan bukti arkeologis, bahwa Goguryeo dan Balhae ada sebagai negara merdeka tanpa berada di bawah kekuasaan Tiongkok. Misalnya, "Catatan Tiga Negara" mencatat adanya garis batas yang jelas antara Goguryeo dan Tiongkok, yang menunjukkan bahwa Goguryeo bukanlah pemerintahan daerah Tiongkok. Catatan tentang perang antara Goguryeo dan Tiongkok juga membuktikan bahwa Goguryeo berhadapan dengan Tiongkok sebagai negara merdeka.

Pengaruh Internasional atas Persepsi Sejarah

Klaim Tiongkok tentang "pemerintahan perbatasan" bukan hanya masalah akademis, tetapi berpotensi memiliki pengaruh internasional. Belakangan ini, Tiongkok telah memperluas pengaruhnya di masyarakat internasional dengan memanfaatkan kekuatan ekonomi dan militernya, dan secara aktif menyampaikan klaimnya sendiri mengenai persepsi sejarah.

Sejarah Goguryeo dan Balhae terkait erat tidak hanya dengan Korea Selatan, tetapi juga dengan negara-negara tetangga seperti Jepang dan Rusia. Jika persepsi sejarah Tiongkok diakui secara internasional, hal ini dapat berdampak pada masalah persepsi sejarah dengan negara-negara tersebut dan menimbulkan ketegangan dalam hubungan internasional di kawasan Asia Timur.

Prospek ke Depan: Menuju Penyelesaian Masalah Persepsi Sejarah

Masalah persepsi sejarah Goguryeo dan Balhae merupakan isu penting bagi kedua negara, Korea Selatan dan Tiongkok, dan diperkirakan diskusi akan berlanjut. Masalah persepsi sejarah terkait erat dengan identitas nasional dan masalah wilayah, dan tidak mudah untuk diselesaikan.

Namun, hubungan kedua negara tidak seharusnya memburuk karena perbedaan persepsi sejarah. Kedua negara perlu terus berupaya meningkatkan pertukaran akademik dalam penelitian sejarah dan memperdalam saling pengertian. Penting juga untuk melanjutkan diskusi yang tenang dan objektif dengan merujuk pada pendapat lembaga akademik internasional dan para ahli.

Pandangan Baru: Pengenalan Perspektif Multi-Sudut dalam Pendidikan Sejarah

Dengan adanya masalah persepsi sejarah Goguryeo dan Balhae, kita perlu mempertimbangkan untuk memperkenalkan sudut pandang baru dalam pendidikan sejarah. Secara umum, pendidikan sejarah konvensional berfokus pada sejarah negara sendiri. Namun, dalam era globalisasi saat ini, hidup berdampingan dengan orang-orang yang memiliki budaya dan pandangan sejarah yang berbeda sangatlah penting.

Dalam pendidikan sejarah, penting untuk mempelajari tidak hanya sejarah negara sendiri, tetapi juga sejarah negara-negara tetangga dan perspektif yang berbeda untuk memahami berbagai pandangan sejarah dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis. Hal ini akan memungkinkan pemahaman yang lebih dalam tentang masalah persepsi sejarah dan diskusi yang konstruktif.

Kesimpulan: Menuju Pemecahan Masalah Persepsi Sejarah

Seperti yang terlihat pada masalah "pemerintahan perbatasan" Goguryeo dan Balhae, masalah persepsi sejarah dapat menyebabkan konflik antar negara dan berdampak buruk pada hubungan internasional. Namun, perbedaan persepsi sejarah tidak selalu menjadi penyebab konflik. Dengan memahami dan menghargai pandangan sejarah yang berbeda, dimungkinkan untuk membangun hubungan yang saling hidup berdampingan dan bekerja sama.

Untuk itu, diperlukan peningkatan pertukaran akademik dalam penelitian sejarah, pengenalan perspektif multi-sudut dalam pendidikan sejarah, dan diskusi yang tenang serta objektif di masyarakat internasional. Dengan menjadikan masalah persepsi sejarah Goguryeo dan Balhae sebagai pelajaran, penting untuk terus berupaya mengatasi masalah persepsi sejarah di kawasan Asia Timur.

durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan
durumis AI News Japan